Nama
: Alfonsa Daisy Maralisa
Sesi
: 01
NIM : 201566072
GAMBARAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR DI RUMAH SAKIT TH. 2009/2010
Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI
Pendahuluan
Indonesia
dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases.
Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih
sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali
beberapa penyakit menular lama (re-emerging diseases), serta munculnya
penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases) seperti HIV/AIDS,
Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, PTM menunjukkan
adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007)
telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak
menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin
menurun (lihat grafik gambar 1). Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Gambar 1 di atas memperlihatkan
bahwa selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular
telah menurun sepertiganya dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi
penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi
59,5%, sedangkan gangguan maternal/perinatal dan kasus cedera relatif stabil. Menurut
profil PTM WHO tahun 2011, di Indonesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki
dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM5.
Gambaran
Penyakit Tidak Menular Berdasarkan Data Rumah Sakit
Saat ini
di Indonesia, data morbiditas penyakit dari fasilitas kesehatan dikumpulkan
dari puskesmas dan rumah sakit. Karena penegakan diagnosis PTM di rumah sakit
relatif lebih valid, maka analisis PTM dilakukan terhadap data rumah sakit.
Data
analisis diperoleh dari laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) edisi 2010 dan 2011 (data 2009 dan data 2010) yaitu RL2B (Rawat
Jalan) dan RL2A (Rawat Inap), yang merupakan laporan rumah sakit langsung ke
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Data tahun
2009-2010 diperoleh dari publikasi data mentah SIRS edisi 2010-2011.
Pelaporan
RL2A (rawat inap) pada tahun 2009-2010 masih rendah yaitu secara nasional hanya
29,2% pada tahun 2009, kemudian turun menjadi 24,63% pada tahun 2010 rumah
Sakit yang mengirim laporan. Begitu juga halnya dengan laporan RL2B (rawat
jalan) laporannya dari tahun 2009-2010 masih rendah yaitu 28,37% pada tahun
2009, turun menjadi 26,29% pada tahun 2010 rumah Sakit yang mengirim laporan.
Berdasarkan
provinsi, tahun 2009, provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak
melapor RL2A adalah Provinsi Gorontalo dan RL2B adalah Provinsi Gorontalo dan
Papua. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah
Provinsi Papua, Sulawesi Selatan dan Bengkulu sedangkan jumlah rumah sakit yang
melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Bengkulu dan Maluku Utara.
Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi
Sulawesi Tenggara, Jambi dan Sulawesi Barat, sedangkan untuk jumlah rumah sakit
terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan DKI
Jakarta. Sedangkan untuk tahun 2010, provinsi dengan rumah sakit yang sama
sekali tidak melapor RL2A yaitu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat sedangkan
rumah sakit yang tidak melapor RL2B adalah Provinsi Papua Barat. Jumlah rumah
sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Maluku
Utara, Banten dan Papua sedangkan jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor
RL2B adalah Provinsi Papua, Banten dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit
terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk jumlah
rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Berdasarkan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap dari seluruh RS yang melapor
tahun 2010 terhadap jumlah penduduk Indonesia, diperoleh sekitar 5% penduduk
mendapat pelayanan kesehatan di RS. Persentase ini lebih rendah dari situasi
riil, karena hanya berdasarkan data RS yang melapor. Data Riskesdas 2007
menunjukkan sebanyak 5,1% rumah tangga memilih rawat inap di RS pemerintah dan
swasta serta sebanyak 17,7% responden yang memanfaatkan RS (pemerintah dan
swasta), RS luar negeri dan RB (rumah bersalin).
Dalam
pengolahan data mentah SIRS 2009-2010 terdapat keterbatasan dikarenakan
terdapatnya pengelompokkan beberapa penyakit dalam satu kode laporan Daftar
Tabulasi Dasar (DTD), sehingga sulit memilah antara data penyakit tidak menular
dan penyakit menular pada kelompok penyakit tertentu (contoh: Demam yang
sebabnya tidak diketahui, Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva, Karies
gigi). Sehingga dilakukan eksklusi (dikeluarkan) dari pengolahan data, terhadap
kelompok penyakit yang tidak dapat dilakukan pemecahan antara penyakit menular
dan tidak menular.
Data
morbiditas dan mortalitas penyakit di rumah sakit di Indonesia dikelompokan
dalam penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit maternal/perinatal dan
cedera dari tahun 2009-2010. Proporsi penyakit rawat jalan (kasus baru)
terhadap total kunjungan seluruh penyakit (rawat jalan) dari tahun 2009-2010
mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat jalan yang terbanyak adalah
penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah
penyakit maternal dan perinatal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Persentase
kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari
tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan
di Indonesia, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Persentase
kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan kelompok umur dari
tahun 2009 dan 2010, mempunyai pola yang sama persentase kasus baru rawat jalan
yang paling tinggi pada tahun 2009 dan 2010 adalah pada kelompok umur 45-64
tahun kemudian diikuti kelompok umur 25-44 tahun. Begitu juga dengan persentase
kasus baru rawat jalan yang paling rendah baik tahun 2009 maupun tahun 2010
adalah pada kelompok umur 0-28 hari seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Persentase
kasus baru rawat jalan PTM tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah
Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung, sedangkan untuk tahun 2010 persentase
kasus rawat jalan PTM yang tertinggi adalah Provinsi Gorontalo dan Lampung.
Propinsi yang presentase rawat jalan PTM terendah pada tahun 2009 terjadi di
Papua Barat dan Banten, sedangkan pada tahun 2010 terjadi di propinsi Papua dan
Bangka Belitung (lihat gambar 6).
Untuk
kasus rawat inap, proporsi penyakit terhadap total pasien keluar hidup dan mati
(rawat inap) dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat
inap yang terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular,
cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal yang dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Untuk
kasus rawat inap yang mati, proporsi kasus rawat inap yang mati terhadap total
pasien keluar mati dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit
rawat inap yang mati terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit
menular, cedera dan penyakit maternal dan perinatal yang dapat dilihat pada
gambar di bawah ini. Hal ini sama dengan pola penyebab kematian di SKRT 2009
dan 2001 serta Riskesdas 2007.
Persentase
kasus rawat inap PTM berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010
mempunyai pola yang tidak jauh berbeda antara kelompok laki-laki dan perempuan,
seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Persentase
kasus baru rawat inap PTM berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 dan 2010
mempunyai pola yang sama. Pada tahun 2009 dan tahun 2010 persentase kasus rawat
inap yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian diikuti kelompok
umur 25-44 tahun. Untuk persentase kasus rawat inap yang paling rendah baik
tahun 2009 dan tahun 2010 adalah pada kelompok umur 0-28 hari seperti tampak
pada gambar di bawah ini.
Persentase
kasus rawat inap penyakit tidak menular tertinggi berdasarkan provinsi tahun
2009 adalah Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Timur. Sedangkan untuk tahun 2010
persentase kasus rawat inap penyakit tidak menular yang tertinggi adalah
Provinsi Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Untuk persentase rawat inap penyakit tidak
menular terendah berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Papua dan
Bangka Belitung sedangkan untuk tahun 2010 adalah Nusa Tenggara Barat dan
Bangka Belitung seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Bila
dilihat berdasarkan 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari
seluruh penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab
sakit hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Hipertensi Lainnya sedangkan
pada tahun 2010 terdapat Penyakit Kecelakaan Angkutan Darat dengan persentase
terhadap seluruh penyakit rawat jalan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Bila
dilihat berdasarkan peringkat 10 besar penyakit penyebab rawat inap terhadap
seluruh penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya
hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Pertumbuhan janin lamban
malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, Tuberculosis
Paru Lainnya sedangkan pada tahun 2010 terdapat Lahir Mati dan Kecelakaan
Angkutan Darat dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat inap dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Bila
dilihat berdasarkan peringkat 10 besar PTM yang menyebabkan rawat jalan di
rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada
tahun 2009 terdapat Penyakit Hipertensi Lainnya sedangkan pada tahun 2010
terdapat Penyakit Jantung Iskemik lainnya dengan persentase terhadap seluruh
penyakit rawat jalan seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Untuk
mengetahui besarnya masalah PTM prioritas yang dikendalikan dalam
program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular,
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL),
dilakukan pengelompokan penyakit tidak menular menurut enam kelompok penyakit
sebagai berikut : Kanker, Diabetes mellitus, jantung, hipertensi, PPOK dan
asma. Dari gambar di bawah tampak persentase kasus baru rawat jalan enam
kelompok PTM terhadap seluruh kasus baru rawat jalan mengalami penurunan dari
tahun 2009 dan 2010. Hipertensi menjadi kasus terbanyak dan diikuti oleh
penyakit Jantung dan Diabetes Melitus, baik tahun 2009 dan 2010.
Bila
dilihat berdasarkan peringkat 10 besar PTM penyebab rawat inap terhadap seluruh
pasien keluar (hidup dan mati) di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab
sakitnya hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Gagal Jantung, Asma dan
Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin sedangkan pada tahun 2010 terdapat
Katarak Dengan Gangguan Lain Lensa, Kejang YTT dan Penyakit Sistem Kemih Lainnya
dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat inap dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Untuk PTM
prioritas yang dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan ( P2PL) dari tahun 2009-2010, besaran masalah kasus
rawat inap sebagai berikut : Penyakit Jantung merupakan kasus terbesar PTM
rawat inap dari tahun 2009-2010. Persentase pasien keluar terhadap seluruh
pasien keluar rawat inap yang mengalami peningkatan adalah Diabetes Melitus,
Hipertensi dan PPOK. Sedangkan Asma, Strok, Jantung persentasenya menurun.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Bila
dilihat berdasarkan peringkat 10 besar jumlah kematian PTM rawat inap di rumah
sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada tahun
2009 terdapat Infark Miokard Akut dan Penyakit Radang Susunan Saraf Pusat
sedangkan pada tahun 2010 terdapat Bronkitis Emfisema dan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik Lainnya dan Hipertensi Esensial (primer) dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Untuk PTM
prioritas yang dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), penyebab kematian kasus rawat inap dari tahun
2009-2010, sebagai berikut : Penyakit Jantung menjadi penyebab utama kematian
tahun 2009 dan 2010, diikuti oleh Kanker. Asma dan Hipertensi merupakan
penyakit yang persentase kematiannya terhadap seluruh pasien mati dirawat inap
yang meningkat. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung, Diabetes Melitus dan Kanker
persentasenya menurun dari tahun 2009-2010. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Bila
dilihat berdasarkan peringkat 10 besar PTM terfatal menyebabkan kematian
berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit tahun
2009 dan tahun 2010, umumnya berbeda setiap tahun. Namun untuk Perdarahan
Intrakranal dan Penyakit Radang Susunan Saraf Pusat termasuk dalam sepuluh
besar terfatal setiap tahun. Penyebab terfatal kematian tahun 2009 adalah Penyakit
Sistem Nafas Lainnya diikuti Perdarahan Intrakranial, sedang tahun 2010 adalah
Sindroma Raynaud+s diikuti oleh Gagal Nafas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar
dibawah ini menggambarkan tingkat kefatalan menyebabkan kematian berdasarkan Case
Fatality Rate (CFR) untuk PTM prioritas yang dikendalikan program-program
pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dari tahun
2009-2010. Tampak pada tahun 2009, Strok merupakan penyakit dengan CFR
tertinggi (12,68%) diikuti oleh penyakit Jantung (9,17%), sedangkan tahun 2010
Strok dan penyakit Jantung menempati urutan teratas (8,7%). CFR yang meningkat
adalah Asma, Hipertensi dan Kanker. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung, Diabetes
Melitus persentasenya menurun dari tahun 2009-2010 yang lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Kesimpulan
1. Secara nasional jumlah rumah
sakit yang melapor pada tahun 2009 – 2010 masih rendah yaitu 29,2% RS (2009);
24,63% RS (2010) mengirim laporan RL2A (rawat inap) dan 28,37% RS (2009);
26,29% RS (2010) yang mengirim laporan RL2B (rawat jalan).
2. Proporsi kasus baru rawat jalan
terhadap total kunjungan seluruh kasus baru penyakit (rawat jalan) pada tahun
2009-2010 mempunyai pola yang sama, yaitu yang terbanyak adalah penyakit tidak
menular, diikuti penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit
maternal dan perinatal.
3. Proporsi kasus baru rawat jalan
penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010
mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan.
4. Proporsi kasus baru rawat jalan
PTM berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang
sama, yaitu yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian
diikuti kelompok umur 25-44 tahun.
5. Persentase kasus baru rawat jalan PTM
tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Selatan dan
Lampung, sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat jalan PTM yang
tertinggi adalah Provinsi Gorontalo dan Lampung. Propinsi yang presentase rawat
jalan PTM terendah pada tahun 2009 terjadi di Papua Barat dan Banten, sedangkan
pada tahun 2010 terjadi di propinsi Papua dan Bangka Belitung.
6. Proporsi kasus rawat inap
terhadap total kasus keluar hidup dan mati (rawat inap) dari tahun 2009-2010
mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat inap yang terbanyak adalah
penyakit tidak menular, kemudian diikuti penyakit menular, cedera dan yang
terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal.
7. Proporsi kasus rawat inap yang
mati terhadap total pasien keluar mati dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang
sama yaitu penyakit rawat inap yang mati terbanyak adalah penyakit tidak
menular, kemudian penyakit menular, cedera dan penyakit maternal dan perinatal.
8. Proporsi kasus rawat inap PTM
berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai pola yang tidak
jauh berbeda pada tahun 2009 dan 2010.
9. Pada tahun 2009 dan tahun 2010
persentase kasus inap yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-64 tahun
kemudian diikuti kelompok umur 25-44 tahun.
10. Persentase kasus rawat inap PTM
tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Utara dan
Jawa Timur. Sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat inap PTM yang
tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Untuk persentase rawat
inap PTM terendah berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Papua dan
Bangka Belitung sedangkan untuk tahun 2010 adalah Nusa Tenggara Barat dan
Bangka Belitung.
11. Sepuluh (10) peringkat penyakit
rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010 sebab
sakitnya hampir sama.
12. Sepuluh (10) peringkat PTM rawat inap terhadap
seluruh pasien keluar (hidup dan mati) di rumah sakit dari tahun 2009 sampai
tahun 2010 sebab sakitnya hampir sama.
13. Sepuluh (10) peringkat PTM yang
mati di rawat inap rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010 sebab sakitnya hampir
sama.
14. Sepuluh (10) peringkat PTM
menurut tingkat kefatalan menyebabkan kematian (CFR) di rawat inap rumah sakit
dari 2009 dan tahun 2010 sebagian besar sebab sakitnya tidak sama.
No comments:
Post a Comment