Friday, March 17, 2017

Epidemiologi Tugas 1



Nama           : Alfonsa Daisy Maralisa
Sesi             : 01                                              
NIM              : 201566072                        


GAMBARAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI RUMAH SAKIT TH. 2009/2010
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

Pendahuluan
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular tertentu, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases) seperti HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan Penyakit Nipah. Di sisi lain, PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun (lihat grafik gambar 1). Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.



Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa selama tahun 1995 hingga 2007 di Indonesia proporsi penyakit menular telah menurun sepertiganya dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi penyakit tidak menular mengalami peningkatan cukup tinggi dari 41,7% menjadi 59,5%, sedangkan gangguan maternal/perinatal dan kasus cedera relatif stabil. Menurut profil PTM WHO tahun 2011, di Indonesia tahun 2008 terdapat 582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan meninggal karena PTM5.

Gambaran Penyakit Tidak Menular Berdasarkan Data Rumah Sakit
Saat ini di Indonesia, data morbiditas penyakit dari fasilitas kesehatan dikumpulkan dari puskesmas dan rumah sakit. Karena penegakan diagnosis PTM di rumah sakit relatif lebih valid, maka analisis PTM dilakukan terhadap data rumah sakit.
Data analisis diperoleh dari laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) edisi 2010 dan 2011 (data 2009 dan data 2010) yaitu RL2B (Rawat Jalan) dan RL2A (Rawat Inap), yang merupakan laporan rumah sakit langsung ke Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Data tahun 2009-2010 diperoleh dari publikasi data mentah SIRS edisi 2010-2011.
Pelaporan RL2A (rawat inap) pada tahun 2009-2010 masih rendah yaitu secara nasional hanya 29,2% pada tahun 2009, kemudian turun menjadi 24,63% pada tahun 2010 rumah Sakit yang mengirim laporan. Begitu juga halnya dengan laporan RL2B (rawat jalan) laporannya dari tahun 2009-2010 masih rendah yaitu 28,37% pada tahun 2009, turun menjadi 26,29% pada tahun 2010 rumah Sakit yang mengirim laporan.

Berdasarkan provinsi, tahun 2009, provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A adalah Provinsi Gorontalo dan RL2B adalah Provinsi Gorontalo dan Papua. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Papua, Sulawesi Selatan dan Bengkulu sedangkan jumlah rumah sakit yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Bengkulu dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan Sulawesi Barat, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Sulawesi Tenggara, Jambi dan DKI Jakarta. Sedangkan untuk tahun 2010, provinsi dengan rumah sakit yang sama sekali tidak melapor RL2A yaitu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat sedangkan rumah sakit yang tidak melapor RL2B adalah Provinsi Papua Barat. Jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Maluku Utara, Banten dan Papua sedangkan jumlah rumah sakit tersedikit yang melapor RL2B adalah Provinsi Papua, Banten dan Maluku Utara. Jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor untuk pelaporan RL2A adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk jumlah rumah sakit terbanyak yang melapor RL2B adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Berdasarkan jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap dari seluruh RS yang melapor tahun 2010 terhadap jumlah penduduk Indonesia, diperoleh sekitar 5% penduduk mendapat pelayanan kesehatan di RS. Persentase ini lebih rendah dari situasi riil, karena hanya berdasarkan data RS yang melapor. Data Riskesdas 2007 menunjukkan sebanyak 5,1% rumah tangga memilih rawat inap di RS pemerintah dan swasta serta sebanyak 17,7% responden yang memanfaatkan RS (pemerintah dan swasta), RS luar negeri dan RB (rumah bersalin).
Dalam pengolahan data mentah SIRS 2009-2010 terdapat keterbatasan dikarenakan terdapatnya pengelompokkan beberapa penyakit dalam satu kode laporan Daftar Tabulasi Dasar (DTD), sehingga sulit memilah antara data penyakit tidak menular dan penyakit menular pada kelompok penyakit tertentu (contoh: Demam yang sebabnya tidak diketahui, Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtiva, Karies gigi). Sehingga dilakukan eksklusi (dikeluarkan) dari pengolahan data, terhadap kelompok penyakit yang tidak dapat dilakukan pemecahan antara penyakit menular dan tidak menular.
Data morbiditas dan mortalitas penyakit di rumah sakit di Indonesia dikelompokan dalam penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit maternal/perinatal dan cedera dari tahun 2009-2010. Proporsi penyakit rawat jalan (kasus baru) terhadap total kunjungan seluruh penyakit (rawat jalan) dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat jalan yang terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan di Indonesia, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Persentase kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 dan 2010, mempunyai pola yang sama persentase kasus baru rawat jalan yang paling tinggi pada tahun 2009 dan 2010 adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian diikuti kelompok umur 25-44 tahun. Begitu juga dengan persentase kasus baru rawat jalan yang paling rendah baik tahun 2009 maupun tahun 2010 adalah pada kelompok umur 0-28 hari seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Persentase kasus baru rawat jalan PTM tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung, sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat jalan PTM yang tertinggi adalah Provinsi Gorontalo dan Lampung. Propinsi yang presentase rawat jalan PTM terendah pada tahun 2009 terjadi di Papua Barat dan Banten, sedangkan pada tahun 2010 terjadi di propinsi Papua dan Bangka Belitung (lihat gambar 6).
Untuk kasus rawat inap, proporsi penyakit terhadap total pasien keluar hidup dan mati (rawat inap) dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat inap yang terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Untuk kasus rawat inap yang mati, proporsi kasus rawat inap yang mati terhadap total pasien keluar mati dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat inap yang mati terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular, cedera dan penyakit maternal dan perinatal yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Hal ini sama dengan pola penyebab kematian di SKRT 2009 dan 2001 serta Riskesdas 2007.


 Persentase kasus rawat inap PTM berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang tidak jauh berbeda antara kelompok laki-laki dan perempuan, seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini.



Persentase kasus baru rawat inap PTM berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama. Pada tahun 2009 dan tahun 2010 persentase kasus rawat inap yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian diikuti kelompok umur 25-44 tahun. Untuk persentase kasus rawat inap yang paling rendah baik tahun 2009 dan tahun 2010 adalah pada kelompok umur 0-28 hari seperti tampak pada gambar di bawah ini.


Persentase kasus rawat inap penyakit tidak menular tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Timur. Sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat inap penyakit tidak menular yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Untuk persentase rawat inap penyakit tidak menular terendah berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Papua dan Bangka Belitung sedangkan untuk tahun 2010 adalah Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Bila dilihat berdasarkan 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakit hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Hipertensi Lainnya sedangkan pada tahun 2010 terdapat Penyakit Kecelakaan Angkutan Darat dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat jalan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Bila dilihat berdasarkan peringkat 10 besar penyakit penyebab rawat inap terhadap seluruh penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, Tuberculosis Paru Lainnya sedangkan pada tahun 2010 terdapat Lahir Mati dan Kecelakaan Angkutan Darat dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat inap dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


 Bila dilihat berdasarkan peringkat 10 besar PTM yang menyebabkan rawat jalan di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Penyakit Hipertensi Lainnya sedangkan pada tahun 2010 terdapat Penyakit Jantung Iskemik lainnya dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat jalan seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Untuk mengetahui besarnya masalah PTM prioritas yang dikendalikan dalam program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dilakukan pengelompokan penyakit tidak menular menurut enam kelompok penyakit sebagai berikut : Kanker, Diabetes mellitus, jantung, hipertensi, PPOK dan asma. Dari gambar di bawah tampak persentase kasus baru rawat jalan enam kelompok PTM terhadap seluruh kasus baru rawat jalan mengalami penurunan dari tahun 2009 dan 2010. Hipertensi menjadi kasus terbanyak dan diikuti oleh penyakit Jantung dan Diabetes Melitus, baik tahun 2009 dan 2010.
Bila dilihat berdasarkan peringkat 10 besar PTM penyebab rawat inap terhadap seluruh pasien keluar (hidup dan mati) di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Gagal Jantung, Asma dan Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin sedangkan pada tahun 2010 terdapat Katarak Dengan Gangguan Lain Lensa, Kejang YTT dan Penyakit Sistem Kemih Lainnya dengan persentase terhadap seluruh penyakit rawat inap dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Untuk PTM prioritas yang dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ( P2PL) dari tahun 2009-2010, besaran masalah kasus rawat inap sebagai berikut : Penyakit Jantung merupakan kasus terbesar PTM rawat inap dari tahun 2009-2010. Persentase pasien keluar terhadap seluruh pasien keluar rawat inap yang mengalami peningkatan adalah Diabetes Melitus, Hipertensi dan PPOK. Sedangkan Asma, Strok, Jantung persentasenya menurun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Bila dilihat berdasarkan peringkat 10 besar jumlah kematian PTM rawat inap di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, sebab sakitnya hampir sama kecuali pada tahun 2009 terdapat Infark Miokard Akut dan Penyakit Radang Susunan Saraf Pusat sedangkan pada tahun 2010 terdapat Bronkitis Emfisema dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik Lainnya dan Hipertensi Esensial (primer) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Untuk PTM prioritas yang dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), penyebab kematian kasus rawat inap dari tahun 2009-2010, sebagai berikut : Penyakit Jantung menjadi penyebab utama kematian tahun 2009 dan 2010, diikuti oleh Kanker. Asma dan Hipertensi merupakan penyakit yang persentase kematiannya terhadap seluruh pasien mati dirawat inap yang meningkat. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung, Diabetes Melitus dan Kanker persentasenya menurun dari tahun 2009-2010. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 
Bila dilihat berdasarkan peringkat 10 besar PTM terfatal menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010, umumnya berbeda setiap tahun. Namun untuk Perdarahan Intrakranal dan Penyakit Radang Susunan Saraf Pusat termasuk dalam sepuluh besar terfatal setiap tahun. Penyebab terfatal kematian tahun 2009 adalah Penyakit Sistem Nafas Lainnya diikuti Perdarahan Intrakranial, sedang tahun 2010 adalah Sindroma Raynaud+s diikuti oleh Gagal Nafas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Gambar dibawah ini menggambarkan tingkat kefatalan menyebabkan kematian berdasarkan Case Fatality Rate (CFR) untuk PTM prioritas yang dikendalikan program-program pengendalian di Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) dari tahun 2009-2010. Tampak pada tahun 2009, Strok merupakan penyakit dengan CFR tertinggi (12,68%) diikuti oleh penyakit Jantung (9,17%), sedangkan tahun 2010 Strok dan penyakit Jantung menempati urutan teratas (8,7%). CFR yang meningkat adalah Asma, Hipertensi dan Kanker. Sedangkan PPOK, Strok, Jantung, Diabetes Melitus persentasenya menurun dari tahun 2009-2010 yang lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.



Kesimpulan
1.      Secara nasional jumlah rumah sakit yang melapor pada tahun 2009 – 2010 masih rendah yaitu 29,2% RS (2009); 24,63% RS (2010) mengirim laporan RL2A (rawat inap) dan 28,37% RS (2009); 26,29% RS (2010) yang mengirim laporan RL2B (rawat jalan).
2.      Proporsi kasus baru rawat jalan terhadap total kunjungan seluruh kasus baru penyakit (rawat jalan) pada tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama, yaitu yang terbanyak adalah penyakit tidak menular, diikuti penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal.
3.      Proporsi kasus baru rawat jalan penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan yang di rawat jalan.
4.      Proporsi kasus baru rawat jalan PTM berdasarkan kelompok umur dari tahun 2009 dan 2010 mempunyai pola yang sama, yaitu yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian diikuti kelompok umur 25-44 tahun.
5.       Persentase kasus baru rawat jalan PTM tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung, sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat jalan PTM yang tertinggi adalah Provinsi Gorontalo dan Lampung. Propinsi yang presentase rawat jalan PTM terendah pada tahun 2009 terjadi di Papua Barat dan Banten, sedangkan pada tahun 2010 terjadi di propinsi Papua dan Bangka Belitung.
6.      Proporsi kasus rawat inap terhadap total kasus keluar hidup dan mati (rawat inap) dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat inap yang terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian diikuti penyakit menular, cedera dan yang terakhir adalah penyakit maternal dan perinatal.
7.      Proporsi kasus rawat inap yang mati terhadap total pasien keluar mati dari tahun 2009-2010 mempunyai pola yang sama yaitu penyakit rawat inap yang mati terbanyak adalah penyakit tidak menular, kemudian penyakit menular, cedera dan penyakit maternal dan perinatal.
8.      Proporsi kasus rawat inap PTM berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai pola yang tidak jauh berbeda pada tahun 2009 dan 2010.
9.      Pada tahun 2009 dan tahun 2010 persentase kasus inap yang paling tinggi adalah pada kelompok umur 45-64 tahun kemudian diikuti kelompok umur 25-44 tahun.
10.  Persentase kasus rawat inap PTM tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Timur. Sedangkan untuk tahun 2010 persentase kasus rawat inap PTM yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Untuk persentase rawat inap PTM terendah berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Papua dan Bangka Belitung sedangkan untuk tahun 2010 adalah Nusa Tenggara Barat dan Bangka Belitung.
11.  Sepuluh (10) peringkat penyakit rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010 sebab sakitnya hampir sama.
12.   Sepuluh (10) peringkat PTM rawat inap terhadap seluruh pasien keluar (hidup dan mati) di rumah sakit dari tahun 2009 sampai tahun 2010 sebab sakitnya hampir sama.
13.  Sepuluh (10) peringkat PTM yang mati di rawat inap rumah sakit tahun 2009 dan tahun 2010 sebab sakitnya hampir sama.
14.  Sepuluh (10) peringkat PTM menurut tingkat kefatalan menyebabkan kematian (CFR) di rawat inap rumah sakit dari 2009 dan tahun 2010 sebagian besar sebab sakitnya tidak sama.

No comments:

Post a Comment